Yeah, akhirnya bisa nulis perjalanan ke Bandung-Cirebon liburan lalu.
Pertengahan bulan januari lalu tepatnya, saya dan Sabrina (kos mate saya) liburan ke Bandung dan Cirebon. Hal tersebut tidak sengaja kami rencanakan lho. Pada dasarnya kami adalah orang yang suka jalan-jalan maka ketika seorang teman dari Bandung mau berkunjung dan kepulangan Beliau dari Jogja bertepatan dengan libur semester, kami pun memutuskan untuk ikut kesana. Yipiiieee…
Tapi bagaimana denga ijin orangtua??? Hal tersebutlah (selain uang) yang terkadang menjadi ganjalan ketika saya ingin melaksanakan hasrat saya ini.
Langsung saja saya telpon orangtua saya. *degdegdeg* . boleh gak ya. Tapi ternyata tidak sealot yang saya bayangkan karena ijin saya terima dengan mudahnya. Yaiy, senangnya hati ini.
Tanggal 19 januari kamipun berangkat. Hari itu bertepatan dengan hari lahir saya lho. Paginya sebelum berangkat, ada ritual ulangtaun (yang kurang begitu saya gemari). Yak! Anda benar! saya diguyur air sabun, minyak bekas goreng *yaks* (pokoknya mereka benar-benar menjijikkan). Yayaya. Terimakasih kawan. Senang masih dipedulikan.
Siangnya kami bergegas ke stasiun lempuyangan karena kereta yang kami naiki adalah kereta ekonomi . Harga tiketnya hanya 24ribu lho . Ini adalah perjalanan kereta api terlama dalam hidup saya, karena saya baru naik kereta api dengan empat rute yaitu jogja – solo (waktu berwisata ke Solo), jogja – Surabaya (waktu mencari sponsor untuk semnas Statistika), ngawi – jogja (waktu banjir besar tahun 2008 sehingga Bus tidak dapat melanjutkan perjalannannya) dan bojonegoro – semarang (waktu saya mau mendaftar ke Universitas Diponegoro). Keseluruhan perjalanan saya menggunakan kereta cukup menyenangkan, kecuali saat si Sabrina harus kehilangan handphonenya dalam perjalan dari ngawi ke jogja. Dalam perjalanan kami mengobrol dengan banyak orang, mulai dari sesama penumpang, penjual makanan, penjual topi, assesoris, sampai backpacker. Itu juga salah satu hal kenapa saya lebih menyukai kendaraan ekonomi daripada bisnis atau eksekutif *peres*. Lebih banyak hal yang bisa kita dapat disini. Bukan-hanya-tidur-di-kendaraan.
Akhirnya sekitar jam 11 malam kita sampai di Bandung. Saya seperti orang tidak waras ketika kereta sudah mendekati Bandung, saya meringis-meringis sendiri karena kesenengan akan sampai di Bandung. Kota yang belum pernah saya kunjungi. Percaya atau tidak, inilah perjalanan dimana saya tidak dapat memejamkan mata walaupun hanya sebentar! Yeah! Keluar dari stasiun (yang dingin, becek dan kurang bersih) kamipun langsung mencari angkot menuju tempat tinggal si Kak Em (salah satu kelebihan Bandung dibanding Jogja adalah angkotnya beroperasi 24 jam). Turun dari angkot saya kira akan langsung sampai di rumah,atau paling tidak hanya masuk gang sebentar tapi ternyata eh ternyata kami harus naik turun bukit. Saya baru ngeh kalo ternyata Bandung adalah daerah pegunungan (yayaya, saya memang dudul!). Perjalanan yang cukup melelahkan memang tapi terbayar dengan kesenangan yang kita dapat. Dan malam itupun kami tidur dengan tersenyum.
Tiga hari berada di Bandung kami habiskan dengan keluar-masuk mall, pasar bahkan pusat awul-awul. Kami belum bisa mengunjungi tempat-tempat wisata alam karena memang tempatnya jauh-jauh dan kami juga tidak punya kendaraan pribadi. Tapi saya berjanji pada diri sendiri ahwa suatu saat saya akan kesana lagi, dan akan memuaskan diri berjalan-jalan ke tempat-tempat yang belum sempat saya kunjungi.
Di bandung banyak sekali jajanan yang murah meriah serta enak, jadi sambil jalan kamipun sambil makan. Bahkan ada pedagang yang minta dan nyuwil jajanan saya! Rrrrrrrrrrr!!!
Tidak terasa barang yang kami beli lumayan banyak (cukup menguras tabungan). Tidak mau semakin bangkrut akhirnya kami memutuskan untuk bersegera ke Cirebon. Paling tidak disana tempat blanja-blanjinya tidak sebanyak di Bandung. Gak ding, alasan sebenarnya adalah karena si aan yang sekarang menjadi wanita karier hanya libur pada weekend. Jadi mau tidak mau kami kesana hari jum’at. : )
Tanggal 22 januari sore kami berangkat ke Cirebon. Naik bus Bandung-Cirebon ternyata lebih mahal dari ongkos kereta Jogja-Bandung : (. Pemandangan di perjalanan sebenarnya sangat indah, tapi sayang malam keburu datang sehingga keadaan di luar tidak tampak lagi. Tapi yang saya ingat kami melewati gunung-gunung dan melewati beberapa kota kecil. Kamipun sampai di Cirebon sekitar pukul sepuluh malam.
Sampainya di terminal, calo-calo langsung menawari kami bus, ojek sampai angkot. Tapi karena kami takut diculik, eh nggak ding karena memang tidak tahu alamat si aan kami hanya pasrah menunggu kedatangannya : (. Terminal ini lumayan nakutin lho, maka kamipun celingak-celinguk kayak anak ayam ilang nyari orang yang dianggap tidak berbahaya dan bisa memberikan rasa aman. Tsaah. Bahasanya buu’. Kamipun mendekat kepada bapak-bapak berseragam. Untungnya.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya datang juga penjemput kami, langsung saja kami mencarter angkot yang langsung mengantarkan kami ke kos si aan. Setibanya di kos, perut kami tidak tahan rupanya karena dari sore belum makan nasi. Waktunya makan….. dan terjadi tragedi pencurian helm di tempat kita makan (benci banget sama pencuri helm, jadi teringat kejadian helm pink saya). Kami jadi merasa pembawa sial. Sekali lagi saya peres. Wah, pertanda apa ini. Kita baru aja nyampe tapi kok malah ada kejadian buruk. Kita tepis pikiran buruk itu dan kamipun (tetap) makan dengan lahapnya : ).
Berbeda dengan di bandung yang kami konsentrasikan kepada wisata belanja, di Cirebon lebih kami habiskan dengan wisata kuliner dan budaya (yah, kalopun belanja juga gak banyak, kantong udah tipis cint!). Kami mencari-cari makanan yang enak dan khas disana ada empal gentong, nasi jamblang, trus apalagi gitu, selain itu kami juga pergi ke pusat batik Cirebon (namanya apa ya?? Lupa!).
Oh iya sampe lupa, kalo pas lagi di Cirebon. Siap-siap aja bawa banyak uang receh kalo lagi makan di luar. Pengamen dan pengemisnya. Busyet dah. Kita aja sampe geleng-geleng saking gak tau malunya mereka, masa sekali makan di tempat A pengemis B bisa 4 kali ngamen disana.
Hari minggunya saya memutuskan untuk pulang ke Bojonegoro karena memang liburan semester masih panjang. Btw, saya pulang ke bojonegoro sendiri. Kali ini saya naik kereta bisnis (karena memang Cuma itu adanya). Sebelum pulang saya dibawakan roti, minuman dan uang receh segepok sama mereka. Come on gals, mereka masih menganggap saya anak kecil dan belum bisa mengurus diri sendiri tampaknya. Memang sempat ada rasa was-was karena naik kereta sendiri dan malam hari pula, tapi saya berhasil menepis rasa takut itu. hehe. Akhirnya sampailah saya di kampong halaman. Huaaa, lega sekali rasanya bisa berani dan mandiri. Turun dari kereta ternyata si Papah sudah menunggu saya. Hoho. Yeyyy.. nyampe rumahhhh….